Javanese beliefs (Kebatinan or Kejawen) have principles embodying a "search for inner self" but at the core is the concept of Peace Of Mind. Although Kejawen is a religious category(Agama), it addresses ethical and spiritual values as inspired by Javanese tradition. That can as religion in usual sense of the world, like Christianity, Judaism, Budha or Islam. Kejawen adalah Agama Jawa yang di Ajarkan dalam Budaya Jawa yang di sebut Kejawen. Kawruh kejawen. Ilmu Kejawen, Agama Kejawen

TOKOH KEJAWEN

 PEJUANG KEMERDEKAAN DAN PEJUANG ADAT BUDAYA KEPERCAYAAN JAWA
By KERATON IBU MAJAPAHIT NUSANTARA · Updated over a year ago · Taken at Pura Ibu Majapahit - Jimbaran - Bali
KUNJUNGAN PEJUANG TUASore yang cerah dihari Minggu 20-2-2011 Brahmaraja didampingi Romo Prof DR.Djoko Soemono Soemodisastro bersama Anak Cucunya ke Pura Ibu majapahit, Romo Soemono [88 tahun] adalah Mantan Penjuang dari Angkatan Laut yang sejak Zaman belanda kemudian jadi Polisi di Republik ini sejak Kemerdekaan,juga berjuang di Kejawen dan Menjadi Ketua Aliran kepercayaan se Jawa Timur, setelah Kepercayaan masuk GBHN 1978.

Dengan tertatih tatih dituntun Brahmaraja XI Pria uzur ini naik ke Klenteng Jin Guang Si untuk sembahyang kepada Leluhur Ibu, Pansiunan Polisi dan AL ini sejak 1980 berjuang membangkitkan kepercayaan Asli leluhur, Dan 1993 berhasil menyatukan Upacara kejawen di Tlatah majapahit Trowulan, Dimana di Jawa Timur saja ada 197 Kepercayaan diantaranya Siwa Budha, Wisnu Budha, Saptodarmo dll dan Beliau juga anggota Pura wilatikta pimpinan Brahmaraja sejak 1980, Juga disamping Sanggar Surya kencana "Ilmu Sangkan Paraning Dumadi" yang dianut Sebagian besar Para pejuang 1945 hingga dengan Bambu Runcing berhasil membungkam Meriam lawan.

Sejak 1980 Sang Romo dan Hyang Suryo aktif berkeliling Jawa Timur bila Tahun Baru saka jawa untuk membangkitkan Budaya Upacara Selamatan kepada leluhur dengan Tumpengan, Kirap Pusaka Majapahit dengan Oncor seperti waktu di Tuban malah PLN mati ketika Kirap Oncor menambah Sakralnya suasana, Hingga ke Blambangan banyuwangi, dan Hyang Suryo Brahmaraja XI juga membuat Cergam Sejarah berdirinya Majapahit dan Blambangan di Harian Radar Kota., serta Mengasuh Konsultasi Budaya di Media "Surabaya Minggu" 1980-1995 dibawah Naungan Pura Wilatikta dan Sanggar surya Kencana.

Brahmaraja XI adalah panitia tetap Acara Suran Tingkat Nasional di Trowulan, Dan 2001 Brahmaraja dilarang kegiatan dan Rumahnya Puri Surya Majapahit / Wilatikta Pura dibom, Tapi Beliau tetap Panitia Suran mendampingi Sang Reshi Djoko Soemono hingga 2002 dan inilah acara Akhir Kirap Pusaka majapahit Brahmaraja, karena 2003 Brahmaraja diundang ke Bali, Hingga terbentuk Ganesa tertinggi dan terbesar di Dunia, Kahyangan Siwa Budha Majapahit di Sukasada dan kini Hampir selesai Kahyangan jagat Siwa Budha di kali Buk Buk Lovina di Tanah yang dihadiahkan Gusti sentanu Raja kali buk Buk, Dan Dana dibantu Umat serta Anggota DPR Bali yang menyumbangkan gajinya.

Juga Brahmaraja membuat Puri Surya majapahit Jimbaran, Dimana didalamnya ada candi leluhur Ibu, Dan baru kali ini Brahmaraja mengajak Sang Romo Dedengkot Kejawen ini Sowan pada leluhur Ibu, Dengan Khusuk Sang Reshi berdo'a sambil memegang Dupa dihadapan Ibu Tangan seribu, Untuk mendo'akan Anak Cucunya yang SARA / terdiri dari Suku Ras dan Agama, diteruskan keliling melihat Puri Surya majapahit, sambil tak henti hentinya ngobrol tentang Perjuangan masa silam dan menganjurkan yang Muda agar tetap berjuang termasuk GRP Prawaira satu satunya Pandita majapahit masa kini yang mendapat Penghargaan "Pembina Budaya" dari Keraton Pura mangkunegaran, yang juga selalu mendampingi sambil Ngangsu Kaweruh pada Sang Reshi ber Ilmu "Sangkan paraning Dumadi" ini

Pura Ibu Majapahit kali ini kedatangan Tokoh Pejuang kemerdekaan dan juga Tokoh Pejuang Kejawen yang hingga Tua juga masih tetap berjuang tanpa henti,Kini tinggal Brahmaraja yang masih kelihatan Muda dan energik, Dan dengan kesendiriannya juga tetap berjuang biarpun mengalami Serbuan, pemboman dan Hinaan bagi yang belum mengerti, Dan beliau Tanpa "Owah Ginggsir" tetap berjuang bahkan bisa membuktikan 


Petuwah leluhurnya Jayabaya "Ngeluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake" di Trowulan dengan kesendiriannya menghadapi Serbuan dan pemboman dan Beliau tetap menang, ke Balipun sendirian dan beliau terbukti Kiprahnya bisa dilihat sekarang ini, Beliau tetap Hebat hingga mengajak rekannya yang pisiknya sudah sangat renta melihat Keraton Ibu Majapahit Bali.

Demikianlah Kasunyatan yang ditampilkan Brahmaraja XI dan cukupMengagumkan Rekannya Sang Reshi Utama dengan Gelar Prof DR dimasa mudanya dan kini dipapah Brahmaraja XI untuk bisa berdo'a kepada leluhur Ibu pertiwi di Bali dikarenakan di Trowulan ditutup, Susai melihat Keraton, Rombongan meninggalkan Jimbaran dan direncanakan besok kembali ke Surabaya dengan Pesawat, "Selama Nyawa masih dikandung Badan janganlah berhenti berjuang untuk Nusa dan bangsa atau tanah air" kata Sang Reshi kepada GRP Prawira ketika meninggalkan Jimbaran dan sempat menulis di Buku Tamu yang dibawa GRP Prawira yang meminta Tanda Tangan sang reshi untuk Kenang Kenangan.

[Ayu Lelong]
 
Template By AgamaKejawen
Back To Top