Bima ketemu Dewa Ruci
Cerita wayang Dewa Ruci cukup populer dikalangan penggemar wayang di Indonesia.Adalah fakta gamblang, orang Jawa tradisional sangat menghargai dan tetap melestarikan wayang sebagai seni adiluhung warisan leluhur. Sampai kini, pagelaran wayang kulit tetap diminati oleh banyak penonton. Wayang sangat merasuk dihati, selain dinikmati sebagai tontonan klasik yang menarik, juga memberi tuntunan sikap dan pandangan hidup yang mengedepankan nilai-nilai kebenaran.
Ini merupakan cerita wayang versi Jawa, dengan menggambarkan perjalanan spiritual Bima yang berliku-liku, penuh hambatan dan tantangan, sampai akhirnya, Bima berhasil ketemu dengan Dewa Suksma Ruci atau biasanya disebut Dewa Ruci.
Disinilah Bima mendapatkan pencerahan rohani, ketemu dengan Suksma Sejati yang sebenarnya berada didalam diri Bima sendiri, tak pernah berpisah. Pertemuan Bima dengan Dewa Suksma Ruci adalah perlambang dari Manunggaling Kawulo Gusti, Manunggalnya Kawulo Gusti, hamba dengan Tuhan, dimana si anak manusia tentram bahagia dalam pengayoman cahaya keagungan Tuhan.
Mulai saat tersebut, Bima dengan pasti telah menggegam erat kehidupan sejati yang bagi kebanyakan orang masih saja merupakan teka-teki dan misteri. Laku spiritual Bima perlu dicermati, sebagai salah satu usaha batin yang efektif, untuk mendapatkan pencerahan.
Air Suci Prawitasari
Semua bermula ketika Bima disuruh oleh Guru Durna untuk menemukan Air Suci Prawitasari, supaya hidupnya benar-benar tentram bahagia.
Prawita dari pawita artinya bersih, suci; sari adalah inti. Jadi, Air Suci Prawitasari adalah inti dari Ngelmu Suci – The essence of divine spiritual knowledge.
Guru Durna menilai bahwa sudah saatnya Bima mendapatkan tataran ngelmu yang lebih tinggi. Menurut pengamatannya , Bima sampai saat ini telah berhasil menyelesaikan banyak tugas dalam bidang keduniawian, dia mampu karena pandai dan prigel dan dia punya budi luhur dan sikap mental yang baik.
Laku spiritual
Dalam usaha untuk menemukan Air Suci Prawitasari, dalam kisah wayang Dewa Ruci, Bima harus berjuang mati-matian seorang diri. Dibawah ini rintangan –rintangan yang harus disingkarkan :
Hutan Tikbrasara
Atas petunjuk gurunya, Bima menyeruak hutan lebat Tikbrasara yang seram dan banyak binatang buasnya. Bahaya yang dihadapi besar sekali, maut selalu menanti.
Sebenarnya Tikbrasa merupakan pralambang. Tikbra artinya prihatin; sara artinya tajam. Ini merupakan pelajaran untuk mencapai cipta yang tajam dan benar, dalam istilah spiritual umum adalah visualisasi yang tajam sehingga tujuan tercapai.
Gunung Reksamuka
Bima harus mendaki kepuncak gunung yang tinggi, melewati jalan terjal berkelok-kelok.. Dia berani menghadapi resiko apapun.
Ini juga pralambang, maksudnya harus mampu menjaga fokus pandangan mata. Pengalaman menjelajah hutan Tikbrasara dan mendaki gunung Reksamuka adalah merupakan pelajaran sikap dalam melakukan meditasi atau samadi.
Siapkan diri baik-baik sebelumnya dengan membersihkan raga dan jiwa ( istilahnya :sesuci). Bersikap santai, pasrah. Fokuskan pandangan mata kepuncak gunung, yaitu kepucuk hidung.Yang samadi, batinnya naik ketempat yang tinggi. Dalam istilah kebatinan Kejawen dikatakan : bagai mendaki Tursina. Tur artinya gunung; sina adalah tempat yang tinggi.
Mengalahkan Rukmuka dan Rukmakala
Dihutan, Bima berhasil menaklukkan dua raksasa yang berwajah bengis menakutkan, yaitu Rukmuka dan Rukmakala.
Ini juga pralambang. Supaya meditasinya berhasil, kedua halangan besar itu harus disingkirkan.
Bagaimana bisa pasrah sumarah dalam samadi kalau pikiran ke Rukmuka artinya mau melahap makanan-makanan enak mewah yang sebenarnya ruk ( merusak) kesehatan tubuh dan pikiran.
Orang-orang tua suka memberi nasihat : Boleh makan secukupnya saja dan makanan yang sehat, diutamakan sayur dan buah. Kalau terlalu banyak makan lemak dan daging, selain tidak baik untuk kesehatan, juga tidak baik untuk spiritualitas.
Rukmakala adalah rukma( emas) yang kala ( membahayakan).Maksudnya , pikiran jangan maunya kekayaan materi yang melimpah melulu. Itu halangan untuk laku spiritualitas dan samadi.
Itulah kenapa, Bima harus mengalahkan Rukmuka dan Rukmakala.
Samudra dan Ular
Ternyata Air Suci Prawitasari tidak ada dihutan dan digunung.Bima yakin apa yang dicari ada didalam samudra.
Samudra mengingatkan kepada kata “samudra pangaksama” artinya punyailah hati yang lapang, jadilah orang yang pemaaf.
Bima meneruskan perjalanan dan tanpa ragu masuk ke samudra. Belum lama berada diair, Bima sudah mau diterkam seekor Ular Laut Raksasa. Bima bukan orang penakut, ular laut itu dihadapinya.
Ular disini melambangkan sifat-sifat jahat yang harus dilawan. Sesudah ular, yaitu sifat-sifat jahat berhasil disingkirkan, lalu sifat-sifat yang baik perlu dipertahankan dan dilakukan, antara lain :
* Tidak iri kepada orang lain yang maju dan berhasil. Tidak susah yang berlebihan sewaktu kekayaannya berkurang ( bahasa Jawa : Rila).
* Selau bersikap baik dan benar ( Legawa).
* Menjalani kehidupan dengan rasa syukur dan dengan sadar. ( Nrima).
* Rendah hati, sabar. Walau dijahati orang, tidak membalas, tidak dendam ( Anoraga).
* Tahu dengan sadar yang salah dan yang benar. Ingat kepada yang sejati. ( Eling).
* Tidak pernah bosan berbuat yang benar, antara lain untuk melakukan samadi.( Santosa).
* Tentram hatinya, melupakan kesalahan masa lalu dan kerugian-kerugian yang pernah dialami diwaktu silam. ( Gembira).
* Selalu berniat dan berbuat baik untuk kepentingan semua pihak ( Rahayu).
* Menjaga kesehatan badan, raga dirawat supaya tetap sehat, dipergunakan untuk berkiprah positif .Kalau sakit dihusada/diobati.( Wilujeng).
* Selalu belajar dan mempelajari ilmu dan ngelmu yang benar ( Marsudi kawruh).
* Melakukan samadi rutin, teratur dan disetiap saat terpanggil.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari supaya bersikap ngurang-ngurangi, misalnya makan pada waktu sudah lapar, makannya tidak perlu banyak, secukupnya saja. Minum pada waktu haus dan tidak usah memilih minuman yang enak-enak. Tidur pada waktu sudah mengantuk, tidak perlu dikasur yang empuk dan mewah, yang sederhana saja asalkan bersih dan sehat.Jangan suka ngomong dibelakang dan menjelek-jelekkan orang lain.Selalu bersikap positif dalam menjalani hidup ini. Bercinta dalam batas takaran dan sebaiknya dengan pasangannya yang sah.
Ketemu Dewa Suksma Ruci
Sesudah Bima berhasil menyingkirkan semua hambatan, mendadak tanpa persiapan apapun , dia ketemu dengan Dewa mungil yang bercahaya terang tetapi tidak menyilaukan ,rupanya mirip benar dengan dirinya, namanya Dewa Suksma Ruci.Bima diperintahkan masuk kedalam raga Dewa Suksma Ruci melalui telinga kiri dewa tersebut.
Meskipun ragu, bagaimana mungkin dia yang bertubuh besar bisa masuk ketelinga dewa kecil tersebut. Bima patuh dan melakukan seperti yang diperintahkan. Dan apa yang terjadi? Bima sudah berada didalam dan disitu Bima bisa melihat seluruh jagat dan juga dewa mungil tersebut.
Pelajaran spiritual dari bertemunya Bima dengan Dewa Suksma Ruci adalah : Bima bersamadi dengan benar dan kesampaian samadinya. Kedatangan Dewa Suksma Ruci adalah pertanda suci, diterimanya samadi Bima, bersatunya Kawulo Gusti.
Didalam pandangan dalamnya , Bima bisa melihat segalanya, segalanya telah terbuka untuknya ( Tinarbuko).
Bima telah menerima pelajaran terpenting dalam hidupnya. Dia telah menemukan sejati pribadinya yang berada didalam dirinya.” Aku Bima”, telah bertemu dengan “Bima Sejati” yang berupa cahaya.
Itulah Pamore Kawulo Gusti atau Manunggaling Kawulo Gusti.
JagadKejawen,
Suryo S. Negoro
http://jagadkejawen.com/id/kebatinan-spiritualitas/bima-ketemu-dewa-ruci
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
0 Komentar untuk "Bima ketemu Dewa Ruci"