Javanese beliefs (Kebatinan or Kejawen) have principles embodying a "search for inner self" but at the core is the concept of Peace Of Mind. Although Kejawen is a religious category(Agama), it addresses ethical and spiritual values as inspired by Javanese tradition. That can as religion in usual sense of the world, like Christianity, Judaism, Budha or Islam. Kejawen adalah Agama Jawa yang di Ajarkan dalam Budaya Jawa yang di sebut Kejawen. Kawruh kejawen. Ilmu Kejawen, Agama Kejawen

Bencana Alam dalam Tatanan Filsafat Kejawen

Bencana Alam dalam Tatanan Filsafat Kejawen
Radio Nederland Wereldomroep
14-09-2007
Gempa, tsunami dan berbagai bencana alam lain secara beruntun melanda Indonesia. Bagaimana mengartikannya? Filsafat Jawa kejawen memberi sudut pandang lain dari gejala alam ini, bukan saja dari segi rasional namun juga secara spiritual. Radio Nederland Wereldomroep menjumpai dua pakar kejawen Dr. Budya Pradipta serta Dr. Singgih Wibisono.
Tidak meluhurkan ajaran ketuhananGempa adalah dampak pergeseran lempengan bumi, demikian pakar kejawen Budya Pradipta menjelaskan. Manusia yang sering berbuat tidak baik itu buminya kurang kuat. Lalu bagaimana dengan posisi pemerintah dan pemimpin nasional di tengah terjadinya pelbagai gempa dan berbagai bencana alam di Nusantara?Pakar kejawen Singgih Wibisono: Tugas seorang pemimpin adalah mengurangi kesengsaraan rakyatnya. Dalam kaitan ini presiden SBY tidak menanggung masalah ini sendiri. Ia juga didukung oleh kekuatan-kekuatan lain.
Dalam kaitan ini mencolok juga bahwa rentetan bencana alam ini terjadi semasa pemerintahan presiden SBY mulai, apa komentar Budya Pradipta? Pertanyaan yang peka, demikian Budya Pradipta, setiap orang memiliki kekuataan dan kelemahan, misalnya kelemahan yang mendorong orang melakukan huru-hara. Dampaknya juga terasa dalam alam, alam akan lemah kalau banyak orang tidak berbuat baik. Dalam periode SBY ini banyak orang yang tidak meluhurkan ajaran-ajaran ketuhanan.
Yang penting adalah mengerti bagaimana gempa itu dilihat dari sudut pandang spiritual, demikian Budya Pradipta. Secara rasional orang bisa mengatakan apa itu gempa, itu adalah alam dan tidak perlu dikait-kaitkan dengan spiritual. Kalau dikaitkan secara spiritual maka pertanyaannya: ada apa gerangan dengan kita. Kita kurang teguh memainkan aturan-aturan ketuhanan.
Ruwatan Lalu bagaimana dengan pemecahan masalah ini menurut filsafat kejawen? Singgih Wibisono menyatakan yang perlu adalah kerjasama bukannya perpecahan seperti sekarang. Kalau ini terjadi maka ada keadilan dan kedamaian.
Jalan akhir adalah pengadaan ruwatan, demikian Singgih Wibisosno melanjutkan. Siapapun pemimpinnya kalau tidak mendapat dukungan maka masyarakat akan tetap kacau. Dan sebagai peringatan, lewat bencana alam diberberkan peringai orang belum baik. Tanda-tanda jaman.
KesadaranHikmah yang bisa dipetik dari rentetan bencana alam ini adalah kesadaran, demikian Budya Pradipta. Tuhan berbicara lewat alam, dan kita harus membaca artinya: ini mau apa Tuhan dengan kita?
Demikian penjelasan dua pakar kejawen Dr. Budya Pradipta dan dr. Singgih Wibisono sekitar rentetan bencana alam di Indonesia sejak pemerintahan SBY.Dengarkan wawancara selengkapnya melalui MP3

Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Bencana Alam dalam Tatanan Filsafat Kejawen"

 
Template By AgamaKejawen
Back To Top